Jumat, 13 Juni 2014

kisah inspirasi

"BISMILLAH"
"LA TAIASU MIRROUKHILLAH"




Al kisah Seorang Dr Ahli Bedah terkenal (Dr. Ishan)
tergesa-gesa menuju airport. Beliau berencana akan menghadiri Seminar Dunia dalam bidang
kedokteran, yang akan membahas penemuan terbesarnya di bidang kedokteran.
Setelah perjalanan pesawat sekitar 1 jam, tiba-tiba diumumkan bahwa pesawat mengalami
gangguan dan harus mendarat di airport terdekat.
Beliau mendatangi ruangan penerangan dan berkata: Saya ini dokter special, tiap menit nyawa manusia bergantung ke saya, dan sekarang kalian meminta saya menunggu pesawat diperbaiki dalam 16 jam? Pegawai menjawab: Wahai dokter, jika anda terburu-buru anda bisa menyewa mobil, tujuanmanda tidak jauh lagi dari sini, kira-kira dengan mobil 3 jam tiba.
Dr. Ishan setuju dengan usul pegawai tersebut dan menyewa mobil. Baru berjalan 5 menit, tiba-tiba cuaca mendung, disusul dengan hujan besar disertai petir yang mengakibatkan jarak pandang sangat pendek.
Setelah berlalu hampir 2 jam, mereka tersadar mereka tersesat dan terasa kelelahan. Terlihat sebuah rumah kecil tidak jauh dari hadapannya, dihampirilah rumah tersebut dan mengetuk pintunya.
Terdengar suara seorang wanita tua: Silahkan masuk, siapa ya?
Terbukalah pintunya. Dia masuk dan meminta kepada ibu tersebut untuk istirahat duduk dan mau meminjam telponnya.
Ibu itu tersenyum dan berkata: "Telpon apa Nak? Apa anda tidak sadar ada dimana? Disini tidak ada listrik, apalagi telepon. Namun demikian, masuklah silahkan duduk saja dulu istirahat, sebentar saya buatkan teh dan sedikit makanan utk menyegarkan dan mengembalikan kekuatan anda."
Dr. Ishan mengucapkan terima kasih kepada ibu itu, lalu memakan hidangan. Sementara
ibu itu sholat dan berdoa serta perlahan-lahan mendekati seorang anak kecil yang
terbaring tak bergerak diatas kasur disisi ibu tersebut, dan dia terlihat gelisah diantara tiap
sholat. Ibu tersebut melanjutkan sholatnya dengan do'a yang panjang.
Dokter mendatanginya dan berkata: Demi Allah, anda telah membuat saya kagum dengan keramahan anda dan kemuliaan akhlak anda, semoga Allah menjawab do'a-do'a anda.
Berkata ibu itu: Nak, anda ini adalah ibnu sabil yang sudah diwasiatkan Allah untuk dibantu. Sedangkan do'a-do'a saya sudah dijawab Allah semuanya, kecuali satu. Bertanya Dr. Ishan: Apa itu do'anya? Ibu itu berkata: Anak ini adalah cucu saya, dia yatim piatu. Dia menderita sakit yang tidak bisa disembuhkan oleh dokter-dokter yang ada disini. Mereka berkata kepada saya ada seorang dokter ahli bedah yang akan mampu menyembuhkannya; katanya namanya Dr. Ishan, akan tetapi dia tinggal jauh dari sini, yang tidak memungkinkan saya membawa anak ini ke sana, dan saya khawatir terjadi apa-apa di jalan. Makanya saya berdo'a kepada Allah agar memudahkannya.
Menangislah Dr. Ishan dan berkata sambil terisak: Allahu Akbar, Laa haula wala quwwata illa billah. Demi Allah, sungguh do'a ibu telah membuat pesawat rusak dan harus diperbaiki lama serta membuat hujan petir dan menyesatkan kami, Hanya untuk mengantarkan saya ke ibu secara cepat dan tepat. Saya lah Dr. Ishan Bu, sungguh Allah swt telah menciptakan sebab seperti ini kepada hambaNya yang mu-min dengan do'a. Ini adalah perintah Allah kepada saya untuk mengobati anak ini.
Kesimpulan: Jangan pernah berhenti berdo'a sampai Allah menjawabnya

TAJUK RENCANA KOMPAS: Manfaatkan Peluang Emas

14 Mar, 2014 1175 View
Jakarta, KOMPAS - Indonesia akan tumbuh sesuai potensinya jika pemerintahan baru hasil Pemilu 2014 mampu memanfaatkan peluang emas di dalam dan luar Indonesia.
Potensi yang dimaksud adalah pertumbuhan ekonomi di atas 10 persen melalui industri manufaktur padat karya dan pada saat yang sama meningkatkan kesejahteraan 40 persen penduduk Indonesia yang masih masuk kategori miskin dengan memberi lapangan kerja di sektor formal.
Optimisme itu disuarakan Guru Besar Ekonomi (Emeritus) Universitas Boston Gustav Papanek yang melakukan penelitian bersama Raden Pardede dari CReco Institute dan Prof Dr Suahasil Nazarra dari Universitas Indonesia.
Peluang itu datang dari luar. Ekonomi China tumbuh melalui kebijakan yang konsisten membangun industri manufaktur padat karya untuk menyerap tenaga kerja dengan berbagai tingkat keterampilan. Ketika upah pekerja semakin mahal dan bonus demografi menurun, daya saing produk ekspor China berkurang.
Peluang emas tersebut harus direbut Indonesia saat ini juga karena peluang itu pun diincar negara lain dengan situasi mirip Indonesia, seperti Banglades dan India.
Pada saat yang sama Indonesia juga menikmati bonus demografi sejak 2012. Namun, tingkat keterampilan penduduk produktif kita beragam. Sekitar separuhnya berpendidikan SMP atau kurang.
Bukan hal berlebihan apabila industri manufaktur berorientasi ekspor dan pasar dalam negeri diproyeksikan tumbuh 19 persen per tahun seraya menyerap 11,2 juta tenaga kerja dalam lima tahun ke depan. Industri manufaktur kita pernah tumbuh 34 persen pada 1986-1992.
Apa yang disampaikan Papanek dan kawan-kawan mempertegas hal yang berulang kali dibahas dalam berbagai forum di dalam negeri. Industrialisasi hampir mandek setelah tahun 1998, bahkan sumbangan industri manufaktur terhadap ekonomi nasional pada 2012-2013 minus. Indonesia terlalu bergantung pada ekspor komoditas. Jatuhnya harga di pasar dunia tahun lalu ikut memukul neraca perdagangan.
Tuntutan untuk memperluas basis pembayar pajak dan mengurangi subsidi bahan bakar untuk memperluas ruang fiskal bagi pembangunan infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan, juga bukan hal baru.
Dengan adanya bonus demografi, mudah bagi ekonomi Indonesia tumbuh di atas lima persen per tahun. Namun, pertumbuhan itu tidak cukup dan kurang berkualitas. Banyak tenaga kerja tidak produktif akibat tak tersedia lapangan kerja berpendapatan layak. Ketimpangan kemakmuran membesar, produk Indonesia makin tidak kompetitif di dalam negeri dan pasar dunia, serta Indonesia kehilangan kesempatan masuk menjadi negara kaya.
Indonesia butuh pertumbuhan berkualitas. Itu hanya dapat dicapai apabila Pemilu 2014 menghasilkan pemimpin yang mampu dan berani mengambil strategi pembangunan berorientasi penciptaan lapangan kerja dan pemerataan. []
- See more at: http://www.cpps.or.id/content/tajuk-rencana-kompas-manfaatkan-peluang-emas#sthash.P4NJQIuL.dpuf

TAJUK RENCANA KOMPAS: Manfaatkan Peluang Emas

14 Mar, 2014 1175 View
Jakarta, KOMPAS - Indonesia akan tumbuh sesuai potensinya jika pemerintahan baru hasil Pemilu 2014 mampu memanfaatkan peluang emas di dalam dan luar Indonesia.
Potensi yang dimaksud adalah pertumbuhan ekonomi di atas 10 persen melalui industri manufaktur padat karya dan pada saat yang sama meningkatkan kesejahteraan 40 persen penduduk Indonesia yang masih masuk kategori miskin dengan memberi lapangan kerja di sektor formal.
Optimisme itu disuarakan Guru Besar Ekonomi (Emeritus) Universitas Boston Gustav Papanek yang melakukan penelitian bersama Raden Pardede dari CReco Institute dan Prof Dr Suahasil Nazarra dari Universitas Indonesia.
Peluang itu datang dari luar. Ekonomi China tumbuh melalui kebijakan yang konsisten membangun industri manufaktur padat karya untuk menyerap tenaga kerja dengan berbagai tingkat keterampilan. Ketika upah pekerja semakin mahal dan bonus demografi menurun, daya saing produk ekspor China berkurang.
Peluang emas tersebut harus direbut Indonesia saat ini juga karena peluang itu pun diincar negara lain dengan situasi mirip Indonesia, seperti Banglades dan India.
Pada saat yang sama Indonesia juga menikmati bonus demografi sejak 2012. Namun, tingkat keterampilan penduduk produktif kita beragam. Sekitar separuhnya berpendidikan SMP atau kurang.
Bukan hal berlebihan apabila industri manufaktur berorientasi ekspor dan pasar dalam negeri diproyeksikan tumbuh 19 persen per tahun seraya menyerap 11,2 juta tenaga kerja dalam lima tahun ke depan. Industri manufaktur kita pernah tumbuh 34 persen pada 1986-1992.
Apa yang disampaikan Papanek dan kawan-kawan mempertegas hal yang berulang kali dibahas dalam berbagai forum di dalam negeri. Industrialisasi hampir mandek setelah tahun 1998, bahkan sumbangan industri manufaktur terhadap ekonomi nasional pada 2012-2013 minus. Indonesia terlalu bergantung pada ekspor komoditas. Jatuhnya harga di pasar dunia tahun lalu ikut memukul neraca perdagangan.
Tuntutan untuk memperluas basis pembayar pajak dan mengurangi subsidi bahan bakar untuk memperluas ruang fiskal bagi pembangunan infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan, juga bukan hal baru.
Dengan adanya bonus demografi, mudah bagi ekonomi Indonesia tumbuh di atas lima persen per tahun. Namun, pertumbuhan itu tidak cukup dan kurang berkualitas. Banyak tenaga kerja tidak produktif akibat tak tersedia lapangan kerja berpendapatan layak. Ketimpangan kemakmuran membesar, produk Indonesia makin tidak kompetitif di dalam negeri dan pasar dunia, serta Indonesia kehilangan kesempatan masuk menjadi negara kaya.
Indonesia butuh pertumbuhan berkualitas. Itu hanya dapat dicapai apabila Pemilu 2014 menghasilkan pemimpin yang mampu dan berani mengambil strategi pembangunan berorientasi penciptaan lapangan kerja dan pemerataan. []
- See more at: http://www.cpps.or.id/content/tajuk-rencana-kompas-manfaatkan-peluang-emas#sthash.P4NJQIuL.dpuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar