Senin, 21 April 2014

renungan



Syair yang Menjadikan Imam Ahmad Menangis

Imam Ahmad Bin Hanbal (rahimahullah) telah ditanya muridnya Abu Hamid al-Khulqani tentang pendapat beliau terhadap syair-syair yg berkaitan syurga dan neraka. lalu beliau bertanya :” Seperti apa? contohnya?”. lalu muridnya mendendangkan syair ini, selesai 2 rangkap pertama Imam Ahmad terus menangis teresak-esak dan meluru masuk ke dalam rumahnya. Tangisan beliau begitu kuat sambil mngulang-ulang 2 rangkap pertama itu. Muridnya meriwayatkan: Kami mendengar tangisan Imam seolah-olah beliau akan mati.


إذا ما قال لي ربي أما استحييت تعصيني؟

وتُـخفي الذنبَ عن خلقيَ وبالعصيانِ تأتيني

Apabila tiba saat Tuhanku berkata padaku:
Tidakkah engkau malu melakukan maksiat kepadaku?
Engkau menyembunyikan dosa dari makhlukku
sedang dengan dosa engkau datang berjumpaku?
فكيف أجيبُ يا ويحي ومن ذا سوف يحمين ؟
Maka bagaimanakah aku boleh menjawabnya
dan siapalah yang boleh mempertahanku?
أسلي النفس بالآمالِ من حينٍ الى حيني
وأنسى ما وراء الموت ماذا بعد تكفيني
Aku sentiasa mendamaikan perasaanku
dengan harapan-harapan dari detik ke detik
Sedangkan aku lupa apa yang berlaku selepas kematian,
apalah yang cukup untukku
كأني قد ضمنتُ العيش ليس الموت يأتيني
Seolah-olahnya aku telah dapat menjamin
akan terus hidup dan kematian tidak akan datang
وجاءت سكرة الموت الشديدة من سيحميني؟
Jika tibalah saat sakit kematian siapalah
yang boleh menahannya dariku?
نظرتُ الى الوُجوهِ أليـس منهم من سيفدينـــي؟
Aku hanya mampu melihat wajah-wajah di depanku
adakah seseorang di kalangan mereka yang boleh menebusku?
سأسأل ما الذي قدمت في دنياي ينجيني
Aku bakal ditanya apalah yang telah aku
persembahkah di duniaku dahulu yang
boleh menyelamatkan daku
فكيف إجابتي من بعد ما فرطت في ديني
Bagaimanalah jawabanku setelah mana aku
mengabaikan urusan agamaku?
ويا ويحي ألــــم أسمع كلام الله يدعوني ؟
Oh! Kesalnya, apakah aku tidak pernah mendengar
kalam Allah yang menyeruku?
ألــــم أسمع لما قد جاء في قاف ويسِ
Apakah aku tidak pernah mendengar
kandungan surah Qaf dan surah Ya Sin
ألـــم أسمع بيوم الحشر يوم الجمع و الديني
Apakah aku tidak pernah mendengar tentang
hari perhimpunan, perkumpulan dan pembalasan.
ألـــم أسمع مُنادي الموت يدعوني يناديني
Tidak pernahkah aku mendengar penyeru
kematian yang mengajakku dan memanggilku?
فيا ربــــاه عبدُ تــائبُ من ذا سيؤويني ؟
Wahai Tuhanku, inilah seorang hamba
yang kembali, siapalah yang sanggup menerimanya?
سوى رب غفور واسع للحقِ يهديني
Kecuali Tuhan yang maha pengampun, yang maha kaya,
Yang sentiasa memberiku pedoman ke jalan kebenaran.
أتيتُ إليكَ فارحمني وثقــّـل في موازيني
Aku mendatangiMu maka kasihanilah daku
Dan beratkanlah neraca timbanganku
وخفف في جزائي أنتَ أرجـى من يجازيني
Ringankalah pembalasanku kerana Engkau
sahajalah paling diharap kebaikannya
apabila melakukan pembalasan

MENGAPA INDONESIA G MAJU MAJU...................?????????????????????













Mengapa Indonesia sampai sekarang belum maju??...itulah pertanyaan yang selama mengapa tidak terpecahkan masalah tersebut dan selalu mengambang diatas permukaan. faktor - fakor pun banyak menguak yang mengakibatkan indonesia selama ini tidak maju dah hanya berkem1. KORUPSI: nah inilah masalah yang sangat kronis yang menjadi faktor utama dimana indonesia tidak dapat maju secara pesat karena korupsi ini sudah sangat mendarah daging dan sudah sangat merata baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Apakah hal ini yang dinamakan tujuan dari otonomi daerah??...nampaknya ini hanya sekedar bagi bagi kekuasaan dan hanya menyebar nyebarkan raja raja kecil di daerah yang bertindak sebagai penguasa bukan sebagai pemimpin yang amanah tabligh fathonah sidiq. Ditambah lagi dengan tingkah laku para birokrat yang bertindak bukan sebagi pelayan masyarakat namun malah bertindak sebagai pemeras tetapi semuanya hanya oknum. Apalah daya walaupun ini hanya oknum tetapi sudah memberikan stigma negatif yang begitu besar. Jika dari pusat sampai daerah sudah seperti ini,apakah kemajuaan dapat dicapai?tentu saja jawabannya lah tidak.


2. PARTAI PARTAI : sistem kepartaiaan di indonesia adalah sistem multi partai yang terdiri dari bayak partai yang sama sama mempunyai tujuan sama yaitu memajukan bangsa dan negara tapi hal itu nampaknya hanya tinggal kenangan. Pemilu 2009 ini pun telah menggambarkan betapa para caleg yang sangat obsesi untuk mendapatkan sebuah kursi di parlemen dengan menghabiskan bermiliar miliar dan memberikan segala bantuan kepada konsituennya. Nampaknya hal itu hanya bersifat angin lalu selama kampanye saja,tetapi jika telah usai pemilu pun mereka sudah tidak care lagi apalagi yang gagal malah dapat bertindak anarki kepada konstituennya. BUSUK...!!!!! bagaimana indonesia bisa maju kalo para legislator hanya menjadikan parlemen sebagai mata pencahariaan dan untuk mencari keuntungan semata. Sungguh sangat menyayat hati rakyat...
bang secara perlahan,faktor - faktor tersebut antara lain:


 

Rabu, 09 April 2014

Memberi



Untuk memiliki mental suka memberi mungkin mudah bagi sebagian orang, tapi mungkin juga sulit untuk yang lain. Karena itu saya mengajak teman-teman di sini untuk membaca artikel berikut—sebagai gambaran tentang kekuatan memberi: 

Apa yang Anda pikirkan ketika ada kesempatan untuk memberi kepada orang lain? Dari artikel yang saya bagikan link-nya tadi, ada DUA hal mendasar yang perlu kita pahami untuk menjadi pribadi yang suka memberi.

Pertama. Jangan mengharap balasan saat memberi. Jangan berpikir orang akan mengingat jasa kita dan membalasnya saat kita perlu. Memberilah tanpa berharap bahwa suatu saat, orang-orang yang kita bantu itu, akan membalas kebaikan kita.

Dari sana kita juga akan tahu, apakah hati kita tulus/tidak, rela/tidak, saat memberi kepada orang lain.  Karena saat kita memberi dengan mengharap balasan, saat itu juga kita tahu bahwa kita tidak tulus. Apakah mau membalas atau tidak atas kebaikan yang kita berikan, adalah pilihan dan keputusan orang yang kita bantu. Ingat, ada kalimat bijak mengatakan, “Memberilah tanpa mengingat dan menerimalah tanpa melupakan”.

Kedua. Ketika memberi, yang menjadi fokus kita adalah untuk kebaikan orang tersebut, bukan keuntungan yang bisa kita dapat. Memberilah tanpa melihat, apa yg bisa kita dapat dari tindakan tersebut. Pujian, reputasi bagus, dan lainnya, tidak usah dipikirkan.

Saya kira, ketika kita memikirkan keuntungan-keuntungan yang mungkin kita dapat dengan memberi, kita sudah ‘mengotori’ motivasi dan hati kita. Apalagi jika keuntungan dan balasan tidak kita dapat, maka kita bisa menjadi kecewa, marah, dan kehilangan makna dari member itu sendiri.

Sebaliknya, orang yang berjiwa besar berpikir, “Membantu adalah membantu, tidak perlu ada embel-embel di belakangnya.” Memang untuk bisa memberi tanpa embel-embel di belakang tidaklah mudah. Maka kita perlu membiasakan diri memberi dari hal kecil, sehingga bisa punya mental memberi tanpa berharap imbalan.

Sebagai penutup, satu pertanyaan untuk kita semua: Siapkah kita menjadi pribadi yang suka memberi tanpa mengharap kembali…?


Kekuatan Memberi



Alkisah, ada seorang saudagar yang terkenal baik hati dan sering memberi bantuan kepada sanak saudara atau teman yang datang meminta tolong kepadanya. Suatu hari, si saudagar sedang mengalami kesulitan, seakan menghadapi jalan buntu dan merasa perlu bantuan orang lain.

Maka dia pun mendatangi teman dan saudara yang dulu pernah dibantunya. Tetapi ternyata, tidak ada satupun dari mereka yang tergerak untuk membantu. Bahkan saat dia bercerita mengenai masalah yang sedang dihadapinya, mereka cenderung cuek, tidak peduli, dan menganggap itu bukanlah urusan mereka.

Sesampai di rumah, si saudagar merasa terpukul, kecewa, dan marah. Dia tidak habis berpikir, bagaimana mereka yang dulu merengek mohon bantuan, dan telah dibantunya, sungguh tidak tahu bersyukur dan berterimakasih. Saat dia dalam kesulitan dan membutuhkan bantuan, mereka memperlakukannya seperti itu. Dan semakin dipikir, dia semakin kecewa dan marah. Keadaan ini sangat mengganggunya, dia menjadi sulit tidur, gampang marah, dan tidak bisa berpikir secara jernih.

Setelah berhari-hari si saudagar menjalani hidup yang tidak bahagia itu, dia memutuskan untuk pergi ke orang bijak. Setelah mendengar keluhan si saudagar, si orang bijak berkata, "Anak muda, paman tahu kalau kamu orang yang baik, suka membantu orang lain, tetapi saat ini kebaikan hatimu malah berakibat buruk. Kamu merasa tidak bahagia, kecewa, dan marah. Kenapa bisa begitu?

Menurut paman, pertama, kamu telah salah menilai orang lain. Harapan kamu adalah orang yang telah kamu bantu akan membalas budi, dan kenyataan tidak begitu, maka yang salah adalah kamu sendiri. Kedua, jika kamu ingin mendapat imbalan atas bantuanmu, saat membantu, kamu harusnya memberi pelajaran kepada mereka bagaimana caranya berterima kasih. Ketiga, jika kamu tidak ingin dikecewakan orang lain, maka berilah bantuan tanpa harapan atas imbalan apapun. Karena perbuatan baik yang telah kamu lakukan janganlah kehilangan makna dan dikotori dengan keinginan untuk dibalas yang bila tidak kesampaian, akan menimbulkan kecewa, marah, dan kemudian benci di hatimu.

Netter yang luar biasa!

Saat orang lain memohon bantuan kita dan kita menolong mereka, sebaliknya saat kita sedang mengalami kesulitan, kita mengharap balasan atas bantuan yang pernah kita berikan adalah hal yang wajar terjadi di kehidupan ini.

Namun umumnya orang yang berjiwa besar berpikir: membantu adalah membantu, tidak perlu ada embel-embel di belakangnya. Jika kita salah menilai orang yang kita bantu, introspeksi dan benahi diri sendiri. Masalah yang sedang kita hadapi adalah tanggung jawab kita sendiri. Sehingga kita tidak perlu marah, kecewa dan menyalahkan orang lain yang tidak mau membantu kita.

Salam sukses, luar biasa!

Inovasi dan Perubahan, Haruskah?



Saat ini kita masuk di era yang sudah maha dahsyat, di mana pesan/informasi bisa didapat hanya dalam hitungan detik, dan itu terjadi dalam semua bidang. Hal ini berarti menuntut kita harus mengubah paradigma terutama dalam kehidupan bisnis.

Zaman semakin maju, dan waktu terasa cepat. Itu barangkali, yang kita rasakan saat ini. Maka, agar kita tidak ketinggalan zaman, sebaiknya kita harus lebih mampu bergerak cepat, lebih, proaktif,dan berani mengambil risiko. Dengan demikian, kita akan lebih mudah mengatisipasi kemungkinan munculnya berbagai kendala bisnis yang mungkin terjadi. Bukan bersikap seperti dulu, yang hanya reaktif dan menghindari risiko.

Saya jadi teringat dengan Rupert Murdoch, yang melangkah cepat dalam bisnisnya. Pada saat bos perusahaan lainnya masih terlelap tidur, ia selalu menjadi penelepon pertama untuk melakukan negosiasi bisnis. Dengan bergerak cepat, ia mampu mengambil keputusan lebih cepat dari pesaingnya. Bagi Murdoch, bergerak lamban adalah milik mereka yang kalah.

Langkah semacam ini, saya kira menunjukkan, jika kita tidak bertindak dan bergerak, maka bisnis yang kita geluti sekarang akan sulit bergerak maju. Karena, pada dasarnya, bergerak adalah awal kesuksesan bisnis kita.

Dalam konteks ini, saya sependapat dengan Matthew J. Kieman, penulis “The Commandements or the 21st Century Management” yang mengatakan, bahwa dalam bisnis telah terjadi pergeseran paradigma. Jika, di abad ke-20, bisnis kita lebih terkesan stabil dan bisa diprediksi, namun di abad ke-21 atau di era milenium ketiga ini, perubahannya cenderung terputus-putus.

Begitu pula, bisnis kita yang dulu lebih didasarkan ukuran dan skala, tapi kini lebih pada kecepatan dan responsive. Kepemimpinan, kalau dulu banyak dilakukan dari atas, kini dilakukan semua orang. Maka, tak mengherankan bila dalam menjalankan bisnis di era milenium ketiga ini, memang dituntut untuk lebih luwes, tidak kaku. Sebab, perjalanan bisnis lebih kendalikan oleh visi dan nilai-nilai. Dibandingakan sebelumnya yang semata-mata hanya dikendalikan peraturan dan hierarki.

Selain itu, kalau kita dulu di dalam menjalankan bisnis selalu membutuhkan kepastian, tapi kini haruslebih toleran terhadap ambiguitas atau memiliki sikap mendua. Soal informasi bisnis demikian juga, yang sebelumnya hanya untuk pucuk pemimpin, tapi kini disebarkan ke semua orang. Sehingga, saat ini bisnis tak lagi mengandalkan pada analisis kuantitatif, namun lebih pada kreativitas dan intuisi.

Tanpa itu, saya kira bisnis yang kita jalankan sekarang ini akan banyak tersendat atau sulit untuk maju. Bahkan kalau dulunya kita beryakinan, bahwa masing-masing perusahaan bisa mandiri, tapi sekarang terasa sulit. Oleh karena pada dasarnya, perusahaan-perusahaan akan saling tergantung satu dengan yang lainnya.

Pergeseran paradigma bisnis di era milenium ini, juga akan mengajak kita kalau dulu hanya berfokus pada organisasi internal, tapi kini kita harus lebih fokus pda lingkungan yang kompetitif. Juga dari integrasi vertikal ke integrasi maya. Seperti  Amazon.com, took buku virtual pertama dan terakbar di dunia maya. Bahkan kalau dulu kita hanya bersaing untuk pasar masa kini, tapi sekarang kita justru lebih tertantang untuk menciptakan pasar masa depan. Oleh karena itu, kita jangan lagi hanya mengandalkan pada keunggulan kompetitif yang berkesinambungan tapi justru harus terus-menerus mencari keunggulan.

Saya yakin, dengan kepekaan kita terhadap kondisi tersebut, maka kita akan lebih siap menghadapi kondisi yang berubah-ubah, lebih terbuka menerima ide-ide baru. Bahkan, kita akan lebih piawai dalam mengambil kesempatan bisnis, lebih berani mengambil risiko, dan tentu saja akan lebih siap meraih keberhasilan. Anda berani mencoba?

Keberanian Menghadapi Perubahan



Tak ada yang tetap di dunia ini kecuali perubahan. Teman berganti, pesaing datang, kompetisi makin ketat, semua adalah perubahan yang terjadi di sekitar kita. Baik positif atau negatif, siap atau tidak, semua akan berubah.

Setiap perubahan itu mengandung konsekuensi. Sebab, di balik setiap perubahan, ada tanggung jawab yang kita emban. Tanggung jawab untuk memperbaiki keadaan yang kurang sesuai dengan yang diharapkan. Tanggung jawab untuk mengubah kondisi yang kurang baik menjadi lebih seperti yang diinginkan.

Untuk itu, kita dituntut untuk mampu beradaptasi. Saat berubah menjadi kurang baik, itulah saatnya kita untuk mau mengevaluasi diri. Saat berubah menjadi tidak menyenangkan, mungkin itu adalah teguran agar kita selalu memperbaiki diri. Sehingga, saat berubah menjadi sukses, kita tak akan terjebak dalam kesombongan. Dan, saat kita memperoleh kenikmatan, kita pun tak lupa untuk tetap bersyukur dan rendah hati.

Mari, hadapi perubahan dengan kepala tegak dan kelapangan hati. Sehingga, setiap perubahan yang dialami akan lebih berarti.

Menyikapi Perubahan



Tak ada yang tetap di dunia ini kecuali perubahan. Baik positif atau negatif, kita siap atau tidak, semua akan berubah. llmuwan besar Albert Einstein bahkan berucap, ”Uncertainty is a part of reality” (ketidakpastian adalah bagian dari kenyataan).

Sebagai gambaran tentang perubahan, saya mengajak teman-teman di sini untuk membaca artikel singkat berikut: KLIK. Teman berganti, pesaing datang, kompetisi makin ketat. Apakah Anda siap menghadapi perubahan?

Bila kita tahu tentang “Hukum Perubahan”, bahwa semua akan berubah, maka kita harus selalu sadar dan waspada. Apa yg hari ini kita sebut hebat, populer, sukses, berkuasa.. belum tentu semuanya akan terus seperti itu. Hari ini sukses, belum tentu besok akan sukses lagi. Sebaliknya jika hari ini gagal, belum tentu esok akan gagal lagi.

Dengan kesadaran akan hal tersebut, saat kita dalam posisi lemah atau ‘di bawah’, jangan ada kata menyerah!  Bukan berarti selamanya kita akan terpuruk. Dengan usaha keras yang dilandasi dengan keuletan serta kedisiplinan, apapun kondisi kita, pasti akan mengalami perbaikan. Demikian juga saat kita ada ‘di atas’—kaya, populer, berkuasa. Jangan sampai terjebak dalam keangkuhan atau kesombongan.Jika tidak hati-hati dan tenggelam dalam gelimang sukses, mentalitas kita bisa terdegradasi. Akibatnya: kita mundur, bahkan hancur!

Untuk menghadapi perubahan yang terus terjadi, kuncinya adalah tetap belajar, waspada, dan kemampuan beradaptasi. Waspada agar tidak ada penyesalan di kemudian hari. Adaptasi, agar tidak jadi korban kemajuan teknologi.

Saya sendiri sudah banyak sekali mengalami perubahan, yang terjadi setelah saya merencanakan dengan matang. Namun saya sadar, berkeluh kesah dan kemarahan tidak akan menyelesaikan masalah! Berbekal berbagai pengalaman dalam hidup, saya selalu memilih untuk menghadapi perubahan dengan sikap positif, sabar, optimis, dan aktif. Miliki pikiran yang tenang, tujuan yg kuat, serta tetap bersyukur. Maka kita akan bisa bertahan dalam perubahan dan keluar sebagai pemenang kehidupan.

Demikian dari saya. Semoga bisa membantu teman-teman semua dalam menghadapi perubahan.

Salam sukses luar biasa!!

Kebiasaan Mencoba



Sudahkan Anda mencoba melakukan apa yang Anda rencanakan? Sudahkan Anda mencoba mewujudkan apa yang Anda impikan? Sudahkah Anda mencoba melangkah melewati apa yang mungkin Anda anggap sebagai kemustahilan?

"Kebiasaan Mencoba" adalah kunci untuk membuka pintu sukses. Sebab, dari mencoba, Anda akan tahu bagaimana kesalahan, kegagalan, kesulitan, bisa membuka celah bagi masuknya secercah harapan.

Jika belum terbiasa mencoba, lakukan 9 langkah berikut ini:
1. Coba saja dulu.
2. Coba lagi jika belum sukses.
3. Coba lagi dengan cara yang lain.
4. Coba lagi dengan bertanya kepada orang lain.
5. Coba lagi dengan bantuan orang lain.
6. Coba lagi dan pelajari berbagai kemungkinan
7. Coba lagi dan tentukan mana yang mungkin gagal dan berhasil.
8. Terus mencoba lagi, dan lagi.
9. Ingat, Thomas Alva Edison menemukan 9 ribu cara yang gagal, untuk berhasil mencipta lampu pijar.

Selamat mencoba..

Salam sukses Luar Biasa!!

Pentingnya Keyakinan Akan Masa Depan yang Lebih Baik



Apakah mungkin Thomas Alva Edison menciptakan lampu pijar apabila ia tidak yakin bahwa setelah 999 kali gagal, ia pasti akan berhasil?

Setiap individu perlu yakin bahwa masa depan pasti lebih baik. Keyakinan ini bukanlah keyakinan buta, namun sesuatu yang sangat masuk akal.

Bayangkan bagaimana gelapnya masa depan dunia apabila para saintis dan penemu semua skeptis akan masa depan. Mereka adalah tonggak peradaban manusia. Dengan optimisme, mereka lakukan eksperimen beratus-ratus bahkan beribu-ribu kali demi pembuktian suatu dugaan.

Optimisme adalah akar dari keyakinan akan masa depan yang baik. Kita bisa bertahan hidup sebagai individu, keluarga, dan umat manusia karena ini. Maka tetaplah yakin akan masa depan yang baik.

Harapan adalah bensin kehidupan.

Tekad Untuk Sukses



LIMA INTI TEKAD:
1. Punya kesadaran untuk sukses!
2. Kebutuhan untuk sukses!
3. Keputusan untuk sukses!
4. Kesiapan untuk sukses!
5. Perjuangan sampai sukses!


SUKSES memang butuh diperjuangkan. Namun, sebelum semuanya dilakukan, laksana sebuah bangunan, kita pun harus membangun "fondasi kesuksesan". Dengan fondasi yang kuat, maka bangunan kesuksesan yang diwujudkan pun akan memiliki kekuatan yang kokoh.

Untuk mengisi fondasi tersebut, kita perlu menguatkan TEKAD. Dengan tekad, kita menguatkan fondasi dengan membuka kesadaran bahwa semua orang berhak untuk sukses. Dengan menyadari, kita akan selalu memiliki kesadaran untuk menjadikan sukses sebagai sebuah kebutuhan dan bukan sekadar keinginan. Dengan begitu, dorongan untuk mencapai sukses akan jauh lebih kuat. Dan, agar makin kuat, kita perlu untuk benar-benar memutuskan, kesuksesan seperti apa yang hendak kita raih.

Saat fondasi tekad untuk meraih sukses makin kuat, kita pun harus melakukan PERSIAPAN untuk meraih sukses. Mulai dari merencanakan, melakukan, hingga mengeksekusi secara maksimal. Dengan semua kesiapan tersebut, kita akan lebih mantap untuk memperjuangkan impian meraih sukses menjadi kenyataan.

Mari kita sadari, jadikan kebutuhan, segera putuskan, siapkan langkahnya, dan perjuangkan habis2an.. maka tekad yang ditetapkan akan membuka lebar-lebar pintu kesuksesan.

Salam sukses Luar Biasa!!

Kesabaran yang Menakjubkan



Seorang visual artist mungkin memang harus tahan berjam-jam mengerjakan karya terbaiknya. Ketekunan itu barangkali membuat banyak orang di luar profesi itu tak tahan. Tetapi bagi visual artist itu merupakan tantangan yang harus dikerjakan hingga menghasilkan karya yang sedetail mungkin.

Kyle Lambert, 26 tahun, seorang visual artist asal Cheshire, Inggris, melukis wajah Morgan Freeman dengan jarinya menggunakan iPad. Ia membutuhkan waktu lebih dari 200 jam untuk menyelesaikan lukisan digital itu.

Banyak yang tak percaya bahwa lukisan wajah Morgan Freeman itu merupakan karya lukis digital karena begitu detailnya. Tetapi jika melihat prosesnya, akan tampak seperti  apa ketekunan Lambert.


Kisah ketekunan yang mirip dilakukan oleh Anthony Cerniello yang membuat video perubahan wajah anak-anak menjadi nenek-nenek dalam waktu lima menit. Kesabaran Cerniello terlihat di sana karena bagaimana ia menggabungkan foto sebuah keluarga dari berbagai generasi sehingga menghasilkan video proses penuaan yang menakjubkan. Sangat hidup dan seperti tanpa sentuhan seorang seniman.

13 Penyakit Miskin Mental yang Harus Dibuang


Seseorang yang memiliki sikap “Kaya Mental” setiap kali menghadapi situasi sulit dan tampak tak mungkin, tidak akan menyerah. Sebaliknya, mereka yang memiliki sikap “Miskin Mental”, saat menghadapi situasi yang mudah pun, akan melihatnya teramat sulit.

Sebenarnya orang yang memiliki sikap kaya mental pun berhadapan dengan situasi untuk menyerah, tetapi mereka menolak menyerah. Sikap miskin mental seperti apa yang paling umum mereka hindari? Seorang kolumnis Majalah Forbes, Cheryl Snapp Conner, mengumpulkan 13 sikap miskin mental yang dihindari orang sukses.

1. Buang waktu menyesali diri sendiri. Orang kaya mental tak akan menyesali kondisi kurang beruntung yang dimilikinya. Mereka juga tidak menyalahkan pihak lain. Mereka selalu beranggapan dan belajar bahwa tanggung jawab tindakan dan hasilnya berada pada dirinya sendiri. Jika hasil tindakannya ternyata buruk, mereka tak menyesalinya tapi langsung membuat tindakan positif berikutnya agar ia tetap bisa melangkah

2 . Merendahkan orang lain. Orang kaya metal menghindari tindakan dan perkataan yang merendahkan orang lain. Mereka sadar bahwa kekuatannya terletak pada kemampuannya mengelola respons. Mereka memahami bahwa emosi dan tindakannya selalu bisa dikendalikan.

3 . Malu berubah. Yang mereka takutkan bukan perubahan tetapi justru stagnan. Karena itu orang kaya mental selalu menyambut baik perubahan dan menganggapnya sebagai tantangan.

4. Buang energi pada sesuatu yang tak dapat dikendalikan. Orang kaya mental tak mengeluhkan kemacetan, kehilangan bagasi, atau tentang orang lain karena mereka menyadari bahwa respons terhadap semua faktor itu pada dasarnya bisa dikendalikan. Jika hal itu terjadi padanya mereka selalu bisa mengendalikan diri.

5. Khawatir saat menyenangkan orang lain. Apakah menyenangkan orang lain cermin kelemahan atau kekuatan? Banyak orang yang khawatir ketika akan membuat orang lain senang karena itu akan merusak imejnya. Tetapi orang kaya mental tak pernah mengkhawatirkannya, sejauh ia berlaku adil dan wajar.

6. Takut menghitung risiko. Orang kaya mental senang menghitung risiko karena dengan demikian mereka bisa menghitung risiko buruknya dan menimbang keuntungannya secara bersamaan.

7. Berdiam di masa lalu. Orang kaya mental menghindari untuk terus terpuruk pada masa lalu atau membanggakan kejayaan masa lalu. Mereka selalu menginvestasikan energi terbesarnya dengan mengoptimalkan masa kini dan masa depan.

8. Membuat kesalahan yang sama berulang-ulang. Seseorang yang kaya mental selalu bertanggung jawab pada hasil kerjanya di masa lalu dan menjadikan kesalahan masa lalu sebagai bahan pembelajaran sehingga kesalahan yang sama tak terulang.

9. Membenci keberhasilan orang lain. Dibutuhkan kekuatan karakter untuk merasakan sukacita yang tulus dan semangat untuk keberhasilan orang lain. Orang kaya mental memiliki kemampuan ini. Mereka tidak cemburu atau marah ketika orang lain berhasil.

10. Menyerah setelah gagal. Setiap kegagalan adalah kesempatan untuk memperbaiki. Orang kaya mental bersedia gagal lagi dan lagi, jika perlu, selama pengalaman belajar dari setiap "kegagalan" dapat membawa mereka lebih dekat ke tujuan akhir mereka.

11. Takut sendirian. Orang kaya mental tak takut sendirian. Saat sendiri justru mereka butuhkan atau lakukan untuk merencanakan sesuatu yang lebih produktif.

12. Merasa dunia berutang banyak kepadanya. Orang bermental miskin merasa dunia memperlakukannya tidak adil dengan selalu beranggapan ia seharusnya meraih pendapatan, gaji, atau hasil lebih baik dari saat ini. Sedangkan orang kaya mental selalu beranggapan bahwa mereka harus selalu siap bekerja dan seberapa tingginya pendapatan (suksesnya) bergantung pada seberapa besar, seberapa keras kerja mereka.

13. Mengharapkan hasil segera. Orang kaya mental selalu menganggap hasil terbaik tak mungkin datang tiba-tiba atau dengan cepat. Apa yang mereka lakukan saat ini adalah investasi untuk masa depan. Mereka tahu setiap sukses ada harga yang harus dibayar berupa perjuangan, kerja keras, dan juga waktu.

Itulah perbandingan sikap miskin mental dan kaya mental. Mari kikis sikap miskin mental untuk menjemput sukses!

6 Kali Selamat dari Kematian

Di tengah-tengah belum pastinya nasib pesawat Malaysia Airlines (MAS) yang hilang sejak 8 Maret 2014 lalu, sejumlah kerabat dan keluarga berbagi cerita mengenai keluarga mereka yang menjadi penumpang pesawat  tersebut. Salah satunya adalah Liu Rusheng, 77 tahun.

Liu adalah penumpang tertua di pesawat itu berdasarkan daftar nama penumpang. Sedangan yang termuda adalah Moheng Wang, 2 tahun. Liu menumpang pesawat MAS MH370 dari Kuala Lumpur ke Beijing. Seniman kaligrafi asal Nanjing, China, itu berada di Malaysia bersama istrinya, Bao Yuanhua (63 tahun), untuk mengikuti pameran seni di Malaysia.

Yang menarik, tahun 2006 lalu ia sempat menulis “keajaiban” yang pernah dialaminya, yaitu selamat dari enam kali ancaman kematian. Pengalaman itu ia tulis di kolom sebuah koran dalam bahasa China, yang kali ini dikutip oleh koran Malaysia, The Star. 

Seperti apa keajaiban yang ia alami? Pertama, ia berhasil bertahan hidup ketika ditelantarkan keluarganya saat masih bayi pada masa Perang Dunia II. Orangtuanya kabur dari rumah ketika tentara Jepang masuk ke rumahnya. Kedua, ketika baru belajar sepeda ia tertabrak truk dan terseret di kolong truk, tetapi akhirnya selamat. Ketiga, ia sempat tenggelam di kolam yang hampir menewaskannya.

Keempat, tahun 1971 ia mengalami serangan jantung ketika sedang mengikuti program wajib militer.Kelima, ia kembali mengalami serangan jantung sepuluh tahun kemudian, tahun 1981, ketika dalam perjalanan menggunakan kereta ke Dunhuang, China. Beruntung ia berhasil diselamatkan. Keenam, dua belas tahun kemudian, 1993, ia kembali mengalami serangan jantung. Kali ini saat ia tengah sendirian di rumahnya. Beruntung ia bisa memaksakan diri ke rumah sakit dengan mengendarai sepedanya.

Tak pelak lagi, keberhasilan Liu dari ancaman kematian itu menunjukkan bahwa, meski secara umum pengalaman berbahaya yang pernah dialaminya itu bisa membuatnya meninggal, pada kenyataannya ia selamat. Keberuntungan semacam ini tak semua orang bisa mengalaminya. Apakah kali ini ia akan selamat untuk ketujuh kalinya? Sejauh ini keberadaannya bersama ratusan penumpang MAS lainnya belum ketahuan.

Yang Paling Besar di Dunia Ini



Dikisahkan, di sebuah sekolah dasar di pinggir kota, murid-murid memulai pelajaran dengan pertanyaan dari ibu guru.

“Anak-anak, menurut kamu, apakah yang paling besar di dunia ini?”

Mereka menjawab,  “Gajah!”, “Rumah mewah!”, “Gunung!”

Para murid saling bersahutan dengan gembira, menilai sendiri jawaban-jawaban mereka. Bu guru melihat kepada muridnya yang paling kecil di kelas itu, yang sejak tadi hanya tersenyum simpul.

“Apa yang paling besar menurut kamu, Nak?”
Murid kecil itu menjawab, “Mata saya adalah benda yang paling besar di dunia.”

Seluruh kelas mendadak hening sesaat, mereka terheran-heran dengan jawaban teman kecil mereka.

“Kenapa  kamu menyebutkan mata sebagai benda paling besar di dunia?”
Dengan tenang anak itu menyahut, “Ya, karena dengan mata saya bisa melihat ayah, melihat gajah, rumah, lapangan, juga bisa melihat gunung serta banyak benda-benda lainnya di dunia ini. Semua benda itu bisa masuk ke mata saya, maka mata saya pastilah benda yang paling besar di dunia ini.”

Ibu Guru kemudian menjelaskan, “Sebenarnya, apa yang paling besar di dunia ini? Jawabannya adalah pikiran kita! Karena pikiran sebenarnya bukan hanya bisa melihat melalui mata, tetapi juga dapat melihat melampaui apa yang tidak tampak yang disebut imajinasi. Maka ibu berpesan kepada kalian, pilih yang baik yang dimasukkan ke pikiran agar kelak kalian besar, tetap menjadi anak yang baik.”

Pesan dalam cerita ini:

Kekuatan pikiran yang dimiliki oleh manusia memang luar biasa besar dan tidak terbatas. Pikiran pula yang membedakan manusia dengan binatang.  Makin kuat keyakinan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa, semakin yakin pula dalam mengembangkan pikiran ke arah yang positif. Jadilah orang kecil yang berpikir besar dan bukan menjadi orang besar yang berpikir kecil.